Kutengok jam dinding di ruang tamu. Belum terlalu
malam. Di luar juga masih terdengar sayup-sayup suara orang tadarus di masjid.
Tapi udara sudah terasa begitu dingin menusuk. Pastilah sangat nikmat dibuat
tidur. Tapi, mataku tak bisa diajak bersekongkol. Sama sekali tak ada rasa
kantuk. Akhirnya, kuputuskan untuk begadang hingga sahur. Tapi hawa dingin
menyerangku bertubi-tubi. Aku kira aku punya solusinya. Ya, kopi panas. Aku suka
sekali minum kopi. Apalagi kopi racikanku sendiri. Kopi menjelma menjadi
sahabat baikku, yang menemaniku disaat senangku, sedihku, galauku, dan
semuanya. Kuhirup kopiku. Seketika kehangatan menyebar ke seluruh tubuhku,
pelan-pelan mengusir dingin yang sedari tadi membungkus. Aku duduk di teras depan
rumah, sendirian. Suara orang tadarus masih terdengar, meskipun tak seramai
tadi. Hari ini tanggal 14 dalam kalender hijriyah. Bulan terlihat bulat
sempurna. Cahayanya menyebar luas ke bumi hingga aku mampu melihat bayanganku
sendiri secara jelas. Kupandangi bulan, kunikmati keindahannya. Tiba-tiba
kemudian aku teringat dengan keindahan yang lain. Dialah Si Perempuan Desa yang
mampu membuatku bertekuk lutut atas nama cinta. Dialah pemilik senyuman manis
yang setahun terakhir ini membuatku tak mampu lagi melihat kecantikan perempuan
lain selainnya.
Minggu, 05 Juli 2015
Langganan:
Postingan (Atom)