Rabu, 23 Desember 2015



Matahari sudah berada di ujung barat, bersiap untuk istirahat sejenak, sebelum esok hari mendapat tugas membangunkan jutaan manusia. Jam memang sudah menunjukkan pukul 5 sore. Aku sudah mandi. Dan kini aku duduk di samping jalan sambil menunggu adzan magrib. Hampir setiap hari aku selalu begini. Menikmati setengah jam untuk bersantai. Alangkah syahdunya suasana di kala senja. Apalagi seperti sekarang, saat orang-orang lagi semangat-semangatnya menerbangkan layang-layang. Suara merdu dari pita layang-layang, ditambah suara angin yang menerpa dedaunanselalu menjadi terapi tersendiri. Kulihat ada anak kecil menangis, merengek kepada bapaknya minta dibelikan layang-layang. Hari semakin petang, matahari tinggal menunjukkan separuh tubuhnya. Dari kejauhan kulihat bapak-bapak mengayuh sepeda. Ketika sudah agak dekat, aku baru tau jika dia tak sendiri. Dia memboncengkan seorang perempuan, mungkin istrinya. Semakin dekat, aku tersadar ternyata aku salah lagi. Tak salah lagi, ternyata yang dibonceng bapak-bapak itu adalah gadis yang aku juluki gadis sendu.
Sudah cukup lama aku mengaguminya. Sorot matanya, senyumnya, cara berjalannya, pakaian sopannya, semuanya merupakan perpaduan sempurna bagi indera penglihatanku.Dalam situasi ini aku jadi bingung harus apa. Apa aku harus pura-pura tak tau. Atau aku harus terang-terangan melihatnya langsung. Mau melihat, tapi kok malu. Mau melewatkan, tapi kok takut menyesal. Aku akhirnya memilih jalan tengah. Awal-awalnya pura-pura tak tau, lalu kemudian melihatnya seakan-akan tak sengaja. Dia semakin dekat, aku pura-pura melihat layang-layang. Ketika dia berada di posisi terdekat, aku mengalihkan pandanganku padanya. Tapi tetap dengan ekspresi yang sealami mungkin, yang menunjukkan bahwa itu seakan-akan sebuah ketidaksengajaan, biar gak malu. Dan ternyata, masyaAllah. Dia ternyata melihatku. Dan saat aku melihatnya, dia langsung mengalihkan pandangan ke arah lain. Tapi aku melihat dengan jelas, dia sedikit tersenyum dan pipinya merah. Mungkin malu karena ketahuan mengamatiku. Atau jangan-jangan dia menertawakanku karena suatu hal. Aku pun segera memeriksa penampilanku. Kuperiksakaosku, tidak terbalik. Kuperiksa celanaku, tidak bolong. Kuperiksa potongan rambutku, cukup rapi. Dan kuperiksa wajahku, juga tak berjerawat ataupun terdapat sisa sabun. Berarti tak ada yang salah dengan penampilanku. Tak salah lagi, dia tadi benar-benar tersenyum malu karena ketahuan sedang melihatku. Dia kini masih terlihat, meskipun sudah agak jauh. Dan sebelum berbelok arah, dia menyempatkan diri menengok ke belakang sebentar, mungkin melihatku sekali lagi. Kemudian dia lenyap dari pandangan, bersamaan pula dengan lenyapnya mentari yangditelan bumi. Bedug terdengar, adzan magrib pun datang. Aku segera pergi ke mushola. Ya Tuhan, aku minta dia dari-Mu!

Bojonegoro, 29-11-2015

(Alvin Mujahid)

0 komentar:

Posting Komentar