Matahari sudah berada di ujung barat, bersiap untuk
istirahat sejenak, sebelum esok hari mendapat tugas membangunkan jutaan manusia.
Jam memang sudah menunjukkan pukul 5 sore. Aku sudah mandi. Dan kini aku duduk
di samping jalan sambil menunggu adzan magrib. Hampir setiap hari aku selalu
begini. Menikmati setengah jam untuk bersantai. Alangkah syahdunya suasana di
kala senja. Apalagi seperti sekarang, saat orang-orang lagi
semangat-semangatnya menerbangkan layang-layang. Suara merdu dari pita
layang-layang, ditambah suara angin yang menerpa dedaunanselalu menjadi terapi
tersendiri. Kulihat ada anak kecil menangis, merengek kepada bapaknya minta
dibelikan layang-layang. Hari semakin petang, matahari tinggal menunjukkan
separuh tubuhnya. Dari kejauhan kulihat bapak-bapak mengayuh sepeda. Ketika
sudah agak dekat, aku baru tau jika dia tak sendiri. Dia memboncengkan seorang
perempuan, mungkin istrinya. Semakin dekat, aku tersadar ternyata aku salah
lagi. Tak salah lagi, ternyata yang dibonceng bapak-bapak itu adalah gadis yang
aku juluki gadis sendu.
Sudah cukup lama aku mengaguminya. Sorot matanya,
senyumnya, cara berjalannya, pakaian sopannya, semuanya merupakan perpaduan
sempurna bagi indera penglihatanku.Dalam situasi ini aku jadi bingung harus
apa. Apa aku harus pura-pura tak tau. Atau aku harus terang-terangan melihatnya
langsung. Mau melihat, tapi kok malu. Mau melewatkan, tapi kok takut menyesal.
Aku akhirnya memilih jalan tengah. Awal-awalnya pura-pura tak tau, lalu
kemudian melihatnya seakan-akan tak sengaja. Dia semakin dekat, aku pura-pura
melihat layang-layang. Ketika dia berada di posisi terdekat, aku mengalihkan
pandanganku padanya. Tapi tetap dengan ekspresi yang sealami mungkin, yang
menunjukkan bahwa itu seakan-akan sebuah ketidaksengajaan, biar gak malu. Dan
ternyata, masyaAllah. Dia ternyata melihatku. Dan saat aku melihatnya, dia
langsung mengalihkan pandangan ke arah lain. Tapi aku melihat dengan jelas, dia
sedikit tersenyum dan pipinya merah. Mungkin malu karena ketahuan mengamatiku.
Atau jangan-jangan dia menertawakanku karena suatu hal. Aku pun segera
memeriksa penampilanku. Kuperiksakaosku, tidak terbalik. Kuperiksa celanaku, tidak
bolong. Kuperiksa potongan rambutku, cukup rapi. Dan kuperiksa wajahku, juga
tak berjerawat ataupun terdapat sisa sabun. Berarti tak ada yang salah dengan
penampilanku. Tak salah lagi, dia tadi benar-benar tersenyum malu karena
ketahuan sedang melihatku. Dia kini masih terlihat, meskipun sudah agak jauh.
Dan sebelum berbelok arah, dia menyempatkan diri menengok ke belakang sebentar,
mungkin melihatku sekali lagi. Kemudian dia lenyap dari pandangan, bersamaan
pula dengan lenyapnya mentari yangditelan bumi. Bedug terdengar, adzan magrib
pun datang. Aku segera pergi ke mushola. Ya Tuhan, aku minta dia dari-Mu!
Bojonegoro,
29-11-2015
0 komentar:
Posting Komentar