Senin, 15 Juni 2015



Ribuan kata-kata indah telah ia ciptakan, tanpa ia ketahui untuk siapa kata-kata tersebut diberikan. Ia tak tau siapa alasan dibalik semua puisi-puisi indahnya. Semua terkesan begitu abstrak. Ia sendiri tak bila memvisualisasikannya, apalagi orang lain. Lamunannya dikala senja, lamunannya dikala sunyi, terasa tak punya arti. Yang ada dalam lamunannya, hanyalah gadis bayangan yang tak pernah ia temukan. Gadis sempurna yang mungkin hanya ada dalam cerita cinderella. Terkadang ia bingung, kenapa ia hidup di dunia nyata. Sementara sebagian besar hidupnya justru berkutat di dunia abstark, dunia yang hanya ia mengerti sendiri, dunia yang terlihat konyol bagi orang-orang disekitarnya. Namun ia tetap bertahan. Baginya, dunianya begitu indah. Dunia yang penuh kebebasan. Disana, semua yang tak mungkin, menjadi sangat mungkin dilakukan. Disana, mimpi-mimpinya bisa terwujud dengan mudahnya. Disana, ia bisa menemukan gadis bayangannya, kapanpun sesukanya. Disana, tak pernah ada kegagalan, yang ada hanyalah keberhasilan yang mutlak. Ia sangat mencintai dunianya. Hingga suatu hari, ia bertemu dengan seseorang. Seseorang yang mampu membawanya keluar dari dunianya, untuk kembali ke habitat aslinya, dunia nyata.

Dia adalah gadis yang begitu mempesona. Mungkin memang tak sesempurna yang ia bayangkan ketika menjelajah dunia khayalan. Mungkin memang tak sesempurna gadis yang ia puji dalam puisi. Namun, gadis tersebut telah berhasil menyadarkannya. Menyadarkannya dari mimpi-mimpi bodohnya selama ini, mimpi-mimpi yang selamanya hanya akan jadi mimpi. Gadis tersebut, adalah seorang aktivis. Seorang aktivis tak akan mengenal dunia abstrak. Yang ada dalam pandangannya hanyalah kenyataan. Ia tak akan menghabiskan banyak waktunya untuk berkhayal. Ia hanya akan menatap masa depan, masa depan yang sudah ada di depannya. Ia tak akan suka membuat puisi, ia hanya suka membuat proposal. Puisi memang hanya sekumpulan kata indah, namun tak berguna, tak berharga. Sementara proposal adalah kumpulan kata-kata yang meskipun tak begitu indah, namun menjanjikan masa depan. Ia tak suka kesunyian, ia suka keramaian. Ia tak suka berbicara dengan tembok, dengan angin. Ia lebih suka berbicara langsung dengan orang. Karena baginya, berbicara dengan orang pasti ada hasilnya, entah manis, entah pahit.Sementara berbicara dengan angin, baginya adalah sebuah kebodohan. Angin hanya mendengar, tapi tak akan merespon, apalagi memberikan solusi. Seorang aktivis sebenarnya juga suka bermimpi. Namun mimpi tersebut langsung ia perjuangkan di dalam kenyataan. Tak seperti pujangga, yang memperjuangkan mimpi dalam khayalan. Akhirnya mimpi tersebut benar-benar hanya menjadi khayalan belaka.
Sang pujangga tau, bahwa ia begitu berbeda dengan gadis yang ia cintai. Namun ia yakin, sebenarnya gadis tersebutlah yang ia khayalkan selama ini. Dialah gadis yang ada dalam puisi-puisi romantisnya, dalam mimpi-mimpi indahnya. Bersamanya, sang pujangga yakin akan mendapatkan kesempurnaan. Dengannya,ia akan banyak belajar begaimana memaknai hidup yang merupakan realitas. Namun ia juga akan berbagi ilmu kepadanya. Berbagi ilmu bagaimana cara menyelami samudra khayalan, untuk berenang bersama karang-karang mimpi. Menurutnya, itu akan saling melengkapi. Ia yakin dunia abstraknya akan bisa disatukan dengan dunia nyata sang gadis. Itu akan menjadi kombinasi yang sempurna. Ia sadar, mungkin perbedaan tersebut akan selalu menjadi masalah. Dimana ia yang tak akan mengerti dunia sang gadis. Dan sang gadis yang tak akan mengerti dunia sang pujangga. Namun ia yakin, cinta akan meleburkan pembatas itu. Mereka akan bersatu menjadi cinta yang sempurna.


Bojonegoro, 4 November 2013

(Alvin Mujahid)

0 komentar:

Posting Komentar