Ribuan
kata-kata indah telah ia ciptakan, tanpa ia ketahui untuk siapa kata-kata
tersebut diberikan. Ia tak tau siapa alasan dibalik semua puisi-puisi indahnya.
Semua terkesan begitu abstrak. Ia sendiri tak bila memvisualisasikannya,
apalagi orang lain. Lamunannya dikala senja, lamunannya dikala sunyi, terasa
tak punya arti. Yang ada dalam lamunannya, hanyalah gadis bayangan yang tak
pernah ia temukan. Gadis sempurna yang mungkin hanya ada dalam cerita
cinderella. Terkadang ia bingung, kenapa ia hidup di dunia nyata. Sementara
sebagian besar hidupnya justru berkutat di dunia abstark, dunia yang hanya ia
mengerti sendiri, dunia yang terlihat konyol bagi orang-orang disekitarnya.
Namun ia tetap bertahan. Baginya, dunianya begitu indah. Dunia yang penuh
kebebasan. Disana, semua yang tak mungkin, menjadi sangat mungkin dilakukan.
Disana, mimpi-mimpinya bisa terwujud dengan mudahnya. Disana, ia bisa menemukan
gadis bayangannya, kapanpun sesukanya. Disana, tak pernah ada kegagalan, yang
ada hanyalah keberhasilan yang mutlak. Ia sangat mencintai dunianya. Hingga
suatu hari, ia bertemu dengan seseorang. Seseorang yang mampu membawanya keluar
dari dunianya, untuk kembali ke habitat aslinya, dunia nyata.
Dia
adalah gadis yang begitu mempesona. Mungkin memang tak sesempurna yang ia
bayangkan ketika menjelajah dunia khayalan. Mungkin memang tak sesempurna gadis
yang ia puji dalam puisi. Namun, gadis tersebut telah berhasil menyadarkannya.
Menyadarkannya dari mimpi-mimpi bodohnya selama ini, mimpi-mimpi yang selamanya
hanya akan jadi mimpi. Gadis tersebut, adalah seorang aktivis. Seorang aktivis
tak akan mengenal dunia abstrak. Yang ada dalam pandangannya hanyalah
kenyataan. Ia tak akan menghabiskan banyak waktunya untuk berkhayal. Ia hanya
akan menatap masa depan, masa depan yang sudah ada di depannya. Ia tak akan
suka membuat puisi, ia hanya suka membuat proposal. Puisi memang hanya
sekumpulan kata indah, namun tak berguna, tak berharga. Sementara proposal
adalah kumpulan kata-kata yang meskipun tak begitu indah, namun menjanjikan
masa depan. Ia tak suka kesunyian, ia suka keramaian. Ia tak suka berbicara
dengan tembok, dengan angin. Ia lebih suka berbicara langsung dengan orang.
Karena baginya, berbicara dengan orang pasti ada hasilnya, entah manis, entah
pahit.Sementara berbicara dengan angin, baginya adalah sebuah kebodohan. Angin
hanya mendengar, tapi tak akan merespon, apalagi memberikan solusi. Seorang
aktivis sebenarnya juga suka bermimpi. Namun mimpi tersebut langsung ia perjuangkan
di dalam kenyataan. Tak seperti pujangga, yang memperjuangkan mimpi dalam
khayalan. Akhirnya mimpi tersebut benar-benar hanya menjadi khayalan belaka.
Sang
pujangga tau, bahwa ia begitu berbeda dengan gadis yang ia cintai. Namun ia
yakin, sebenarnya gadis tersebutlah yang ia khayalkan selama ini. Dialah gadis
yang ada dalam puisi-puisi romantisnya, dalam mimpi-mimpi indahnya. Bersamanya,
sang pujangga yakin akan mendapatkan kesempurnaan. Dengannya,ia akan banyak
belajar begaimana memaknai hidup yang merupakan realitas. Namun ia juga akan
berbagi ilmu kepadanya. Berbagi ilmu bagaimana cara menyelami samudra khayalan,
untuk berenang bersama karang-karang mimpi. Menurutnya, itu akan saling
melengkapi. Ia yakin dunia abstraknya akan bisa disatukan dengan dunia nyata
sang gadis. Itu akan menjadi kombinasi yang sempurna. Ia sadar, mungkin
perbedaan tersebut akan selalu menjadi masalah. Dimana ia yang tak akan
mengerti dunia sang gadis. Dan sang gadis yang tak akan mengerti dunia sang
pujangga. Namun ia yakin, cinta akan meleburkan pembatas itu. Mereka akan
bersatu menjadi cinta yang sempurna.
(Alvin Mujahid)
0 komentar:
Posting Komentar